Cokelatin Signature: Menggunakan Pameran sebagai Kunci Ekspansi Bisnis – kasanoa

Cokelatin Signature: Menggunakan Pameran sebagai Kunci Ekspansi Bisnis UMKM

Cokelatin Signature: Menggunakan Pameran sebagai Kunci Ekspansi Bisnis UMKM

Cokelatin Signature, brand bubuk minuman cokelat premium yang menggunakan biji kakao lokal Indonesia, berkembang pesat sejak tahun 2016. Kali ini, kami mendapatkan kesempatan ngobrol dengan Irena Surosoputra, founder dari Cokelatin, untuk menggali lebih dalam tentang inspirasi di balik bisnisnya, serta pengalaman mereka dalam menggunakan pameran dan bazar sebagai strategi pemasaran yang efektif. Irena berbagi tentang perjalanan Cokelatin, tantangan yang dihadapi, dan bagaimana mereka membangun relasi dengan konsumen melalui acara pameran. Yuk, simak selengkapnya!

  1. Hai kak Irena, boleh diperkenalkan, Cokelatin itu apa sih?
    Halo, saya Irena, founder dari Cokelatin Signature. Jadi, saya ini punya usaha yang bergerak di bidang produsen bubuk minuman cokelat. Kami mengolah cokelat yang bahan bakunya diambil dari petani kakao lokal, lalu kita olah menjadi bubuk minuman cokelat siap minum. Cokelatin ini tidak ada artificial di dalamnya, nggak pakai pengawet, jadi customer bisa merasakan rasa cokelat asli Indonesia atau cokelat sesungguhnya di dalam produk kami.

  2. Inspirasi awalnya dari mana? Sudah berapa lama Cokelatin dikenal masyarakat?
    Jadi, di 2015 sebetulnya banyak artikel tentang cokelat Indonesia, tapi saya nggak tahu kalau di Indonesia ternyata kakaonya bagus. Karena yang kita kenal kan minuman cokelat atau cokelat batang itu kan dari Swiss atau Belgia, padahal perkebunan cokelat banyaknya di Indonesia. Dari situ, saya dan suami terpikir untuk membuat cokelat. Awalnya untuk konsumsi sendiri, terus teman-teman coba, dan ada sahabat saya yang sekarang jadi agen Cokelatin yang support banget untuk dijadiin bisnis.

    Tahun 2016 kita mulai launching, tapi sebenarnya saat itu masih setengah hati karena aku kan ibu rumah tangga, penginnya ngurus suami dan anak, tapi tetap punya penghasilan. Dari 2016 sampai 2020 kami stabil dengan sistem keagenan dan re-seller. Kami memberdayakan ibu rumah tangga yang ingin punya penghasilan. Nah, saat COVID 2020, kami ingin ekspansi tapi sempat hampir tiga bulan nggak ada omset, karena saat itu kami nggak siap digital.

    Akhirnya kami mulai berpikir bahwa bisnis ini harus diseriusin, harus punya plan yang matang, supaya tetap sustain, dan saya berpikir karyawan nggak boleh ada yang dirumahin. Dari situ, kami mulai re-branding dengan logo yang saat ini, mulai go digital, mulai bikin Instagram, buka e-commerce, jadi seperti mulai lagi dari 0. Tapi ya, jadi bersyukur, kalau nggak ada COVID jadi nggak ‘ketampar’, kalau bisnis tuh nggak boleh setengah-setengah.

  3. Kalau tidak salah biji kakao diambil dari Sulawesi dan Jawa Timur, gimana sih agar cokelat dari Cokelatin ini memiliki kualitas yang baik?
    Sebetulnya kualitas cokelat Indonesia itu nggak kalah dengan cokelat yang ada di luar negeri, ya. Kalau misalnya lihat di Google, Indonesia itu merupakan negara penghasil kakao terbesar. Cokelatin hadir itu karena kita pengin orang Indonesia tahu kalau Indonesia punya kakao yang bagus, sayang banget kalau kita tidak minum produk cokelat lokal.
    Nah, kenapa cokelatin ambil source-nya dari Sulawesi dan Jawa Timur? Pertama, dulu saat R&D, taste saya dan suami masuknya ke cokelat Sulawesi, dan ternyata memang Sulawesi salah satu daerah penghasil kakao yang lumayan besar. Dan menurut data, 60-70% daerah penghasil kakao itu ada di Sulawesi. Kalau dari Jawa Timur, dari Jember, ternyata ada varietas kakao yang lumayan rare, namanya kakao Mulia atau kakao Criollo. Dari situlah kami mau mengangkat varietas ini supaya orang tahu kalau cokelat ini tuh sama kayak kopi, punya varietas yang bermacam-macam dari berbagai daerah.

  4. Varian apa saja yang favorit di Cokelatin?
    Kalau best seller, yang paling favorit sebenarnya Dark Chocolate untuk yang kadar cokelatnya tinggi, ya. Tapi kalau untuk yang lebih light, Creamy Latte yang best seller-nya. Nah, tapi kami punya signature yang Java Criollo, itu juga best seller, tapi memang penjualannya masih lebih tinggi yang Dark Chocolate, karena si Java Criollo ini kalau orang yang sudah ngerti cokelat biasanya tahu kalau cokelatnya memang beda, karena rasanya ada fruity-nya, kayak ada wine taste-nya, lebih beragam, beda dari cokelat yang biasa.

  5. Kenapa Cokelatin sering ikut pameran? Apa yang membuat pameran menarik?
    Bermain di produk artisan premium dan membangun social media atau e-commerce itu modalnya besar, itulah kenapa kami sering ikut pameran, terutama pameran dari kementerian nih, jadi memang nyari yang gratisan dulu. Kalaupun yang berbayar itu harus yang target market-nya sesuai dengan Cokelatin. Nah, kalau di bazar atau pameran, kan kita ketemu langsung dengan customer, kita bisa mengedukasi mereka bahwa cokelat kita tuh beda dengan cokelat yang ada di pasaran.
    Setelah kita edukasi, mereka cobain sample kita, terus mereka akhirnya bisa paham mana sih cokelat dengan kualitas baik. Jadi, kita dapetin loyal customer itu dari pameran-pameran. Karena pameran itu kita anggap efektif untuk kita mencari new customer, akhirnya kita menggunakan strategi itu. Biasanya, setelah customer beli (di pameran), mereka akan repeat (order) melalui e-commerce kita.

  6. Bagaimana respon konsumen di pameran?
    Responnya sangat positif. Kalau di pameran kita kan selalu menyediakan sample all variant yang bisa dicoba. Jadi customer bisa tahu nih dark chocolate yang dari Sulawesi sama dark chocolate yang dari Jawa Timur bedanya apa. Nggak cuma bisa cobain minum, tapi juga bisa nyium aromanya, karena dari aromanya juga berbeda. Kita ada juga minuman botol ready to drink, yang kita jual khusus di pameran. Supaya customer yang masih ragu-ragu mau beli produk powder-nya kita, mereka bisa cobain yang botol dulu. Sekalian kita kasih edukasi bahwa minuman ready to drink kita juga nggak dicampur apa-apa lagi, jadi rasanya sama persis dengan kalau kita seduh minuman powder-nya di rumah.

  7. Bagaimana cara menarik perhatian pelanggan di pameran?
    Kalau activity di pameran, selain bagi-bagi sample gratis di booth, kita juga menyiapkan boothyang proper. Jadi, display-nya memang harus proper, entah kita bawa booth sendiri, atau misalnya
    dari raknya harus cantik, harus standout, supaya ketika orang ngeliat tuh, mereka penasaran. Produk display-nya juga harus full, ga setengah-setengah. Jadi ketika lagi banyak orang, mereka bisa lihat, “oh ini jual cokelat”, dan produknya banyak.

  8. Tantangan apa yang sering dihadapi saat ikut pameran?
    Tantangan yang sering dihadapi itu dalam mengedukasi customer, terutama customer perempuan yang masih berpikir bahwa cokelat itu bikin gendut. Jadi biasanya, belum nawarin produk, tapi mereka udah kayak underestimate karena menurut mereka cokelat itu bikin gendut. Itu sih tantangannya. Kita masih harus terus mengedukasi bahwa sebetulnya cokelat itu kandungannya banyak yang baik dan sebetulnya yang bikin gendut itu bukan cokelatnya, tapi kadar gulanya. Karena yang kita tahu dari kecil kan cokelat itu manis, ya.

  9. Ada kah pameran yang paling berkesan di tahun 2024?
    Banyak banget sih, setiap event tuh selalu ada yang kita dapetin, yang kita pelajarin, termasuk ketemu calon customer atau client yang unik. Tapi mungkin salah satu yang paling berkesan pada saat pameran ISEF (Indonesia Sharia Economic Festival), bareng Bank Indonesia, itu di JCC, karena Cokelatin terpilih untuk serving di halal café. Jadi kita bukan hanya buka booth biasa, tapi kita ada di halal café yang orang-orang langsung lihat bahwa ini sudah pasti tersertifikasi halal. Bentuknya juga bukan kayak booth tapi seperti mini bar, jadi teman-teman bisa langsung pesan mau (varian) Dark Chocolate, Ice Creamy Latte, yang kayak gitu. Jadi experience-nya lebih seru, ya.

  10. Apa tips untuk pelaku UMKM yang ingin ikut pameran?
    Mental pengusaha-nya harus dibangun dulu. Jadi gini, bazar atau pameran nggak selalu harus untung, kadang itu untuk brand awareness. Kita mempromosikan produk, kasih sample, dan meskipun customer saat itu nggak langsung beli, tapi paling nggak orang tuh tahu brand kita. Ini akhirnya jadi strategi marketing karena Cokelatin itu budget marketingnya belum besar, kita belum banyak available di toko retail, jadi salah satu strategi yang kita ambil ya promosi di setiap bazar, ketemu customer langsung, ngobrol sama mereka.
    Awalnya kami meraba dulu, apakah pameran ini menguntungkan atau tidak, sambil mencari tahu jenis pameran yang cocok untuk produk kami. Kadang ada bazar yang ‘boncos’, tapi dari situ kami belajar bahwa itu bukan market kami. Saya sih yakin ya, apa yang kami pelajari secara langsung itu kami jadi bisa lihat sendiri ini baik atau nggak untuk brand kami. Untuk UMKM, saran saya, ikut komunitas UMKM, ikut binaan kementerian atau BUMN yang banyak memberikan fasilitas pameran gratis. Ikut pameran gratis dulu, nanti seiring berjalannya waktu, kalau sudah siap ikut pameran berbayar, baru ikut pameran itu.

Dari obrolan tadi, kita bisa belajar banyak tentang bagaimana Cokelatin fokus pada kualitas produk dan membangun hubungan dengan konsumen lewat pameran atau bazar. Untuk teman-teman UMKM, pengalaman Irena bisa jadi inspirasi tentang pentingnya memanfaatkan pameran untuk memperkenalkan produk dan mendekatkan diri dengan pelanggan. Dengan strategi yang tepat, pameran bisa jadi cara efektif untuk memperluas jangkauan dan mendapatkan pelanggan setia. Butuh solusi untuk tantangan bisnis? Hubungi Luma.id untuk konsultasi dan perbaiki bisnismu sekarang!

Tags

Leave a comment

Leave a comment


Related Articles

  • 4 Rekomendasi Barcode Scanner Ini Cocok Untuk Bisnismu
  • Kasanoa Level Up! Kenalan Yuk Sama Luma
  • Drama di Meja Purchasing: 5 Tantangan yang Hanya Dimengerti Tim Belanja Kantor

Login

Forgot your password?

Don't have an account yet?
Create account